Rabu, 19 Februari 2014

STRATEGI PENGINJILAN RASUL PAULUS DI TINJAU DARI KITAB KISAH PARA RASUL APLIKASINYA TERHADAP PENGINJILAN MASA KINI



STRATEGIPENGINJILAN RASUL PAULUS DITINJAU DARI KITAB KISAH PARA RASUL APLIKASINYA TERHADAP PENGINJILAN MASA KINI



KARYA TULIS

Diserahkan kepada Akademi Theologia Alkitab Salatiga

Untuk Memenuhi Sebagian Tugas-Tugas Akhir Guna Menyelesaikan

Studi Pogram Diploma III Theologia





 

Oleh :

MERRY OKTAVIA STEPHIN LAMBUT

09.3701.02244
 
AKADEMI THEOLOGIA ALKITAB SALATIGA

2013

Diterimadandisahkanoleh pembimbing karya tulis diploma III Akademi Theologia Alkitab Salatiga untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat guna menyelesaikan pogram diploma III Theologia.



Konsultasi pembimbing



Pdm. Elkana Widiantoro, S.Th (  ______________    )





Nilai __________









Mengetahui

Pimpinan Akademi Theologia Alkitab salatiga





Pdt.G.A Pandjaitan, M.Th







MOTTO

“ Keep On Fire”

Sebab inilah yang diperintahkan kepada kami : Aku telah menentukan engkau menjadi terang bagi bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, supaya engkau membawa keselamatan sampai ke ujung bumi.”

( Kisah Para Rasul 13:47 )

                                        





































Kupersembahkankepada:

 Mama, kakak-kakakku dan keluargaku, rekan-rekan Tim PI El-Shaddai ATHAS,dan rekan-rekan angkatan XXXVII, XXXIX, XL ATHAS-SAS.







KATA PENGANTAR

            Segala puji syukur hanya bagi Tuhan Yesus Kristus yang telah memberikan berkat kasih karunia dan rahmat-Nya kepada penulis sehingga dapat menyusun karya tulis ini, yang berjudul :

“STRATEGI PENGINJILAN RASUL PAULUS DITINJAU DARI KITAB KISAH PARA RASUL APLIKASINYA TERHADAP PENGINJILAN MASA KINI”

Adapun karya tulis ini penulis susun guna melengkapi tugas akhir dan syarat untuk memperoleh gelar Diploma III pada Akademi Theologia Alkitab Salatiga. Penulis  menyadari bahwa terselesainya karya tulis ini tidak lepas dari dukungan dan bantuan dari semua pihak baik secara moril maupun materil.

Oleh sebab itu, penulis pada kesempatan ini mengucapkan banyak terimakasih kepada:

1.      Pdt.G.A Pandjaitan, M.Th, selaku pimpinan harian Akademi Theologia Alkitab Salatiga yang telah menyetujui penyususnan karya tulis ini.

2.      Pdt. Andreas M.Sumarno,M.Si., PC.,selakudosenMetodologi yang dengan rela membimbing dan mengarahkan penulis dalam penyusunan karya tulis ini mulai dari pembuatan judul  sampai selesai.

3.       Pdm. ElkanaWidiantoro, S.Th., yang dengan sabar membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyusun karya tulis ini.

4.       Pdt. John Leonard MailuhuS.Th., selaku wali kelas tingkat III angkatan XL Akademi Theologia Alkitab Salatiga.

5.       Para dosen dan staff yang telah mengajar, menasehati dan memberi dorongan selama penulis mengukuti kuliah di Akademi Theologia Alkitab Salatiga.

6.       Mama dan saudara-saudaraku yang penulis cintai yang selalu mendoakan, memberi nasehat serta cinta kasih dan dukungan dalam segala hal kepada penulis.

7.       Bapak dan Ibu gembala dan seluruh jemaat GPdI “SHALOM” Atambua yang telah membantu dalam doa dan perhatian kepada penulis.

8.      Pdt. G.A Pandjaitan dan keluarga serta seluruh jemaat GPdI “MARANATHA” salatiga, yang telah membantu dalam doa dan perhatian kepada penulis.

9.       Ibu Yohana Nugroho dan keluarga yang terkasih yang telah membantu dalam doa dan dana kepada penulis.

10.   Seluruh sahabat di Tim PI EL-SHADDAI Siswi Angkatan XXXIX dan XL(Mami Mutiara, Mami Ayu, Kak Maria Lepong, Sdri Christy, Sdri Tari, Sdri Labora, sdri Yuri, Sdri Tina)  yang selalu setia memberi dukungan semangat dan doa kepada penulis

11.   Anak-anak kelompok V Siswi yang tercinta (Kak Devy Christin, Ibu Elvy Tendean, Kak Labora Uli Simbolon, Sdri. Melda C Manullang, Sdri. Henny Rusmina Sihombing) dan  ROMA FAMILY (Sdri. Devy Christin, Sdri. Ria Yulitha, Sdri. Sry Mustika, Sdri. Juniati Kaitora, Sdri. Agustina Sianturi ), buat dukungan dan doanya.

12.   Mba Ruth Yuliasih yang penulis kasihi buat perhatian dan doanya kepada penulis.

13.  Rekan-rekan tingkat III yang telah mendukung dalam doa dan memberi semangat kepada penulis.

14.   Rekan-rekan angkatan XL yang terkasih, yang telah memberi dukungan dan doa kepada penulis dalam  penyelesaian karya tulis ini.

            Akhir kata, penulismengharapkan kiranya karya tulis ini dapat memberikan rmanfaat bagi para pembaca dan berguna dalam pelayanan. Tuhan Yesus Kristus Memberkati







Salatiga,Mei 2013



Penulis





























DAFTAR ISI



HALAMAN JUDUL............................................................................        i

HALAMAN PENGESAHAN..............................................................        ii

HALAMAN MOTTO...........................................................................        iii

HALAMAN PERSEMBAHAN..........................................................        iv

KATA PENGANTAR.........................................................................        v

DAFTAR ISI.........................................................................................        viii

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................        1

A.    LatarBelakangMasalah................................................................        1

B.     PengertianIstilahJudul.................................................................        2

C.     TujuanPenulisan..........................................................................        3

D.    RumusanMasalah........................................................................        4

E.     Hipotesa......................................................................................        4

F.      PembatasanMasalah....................................................................        5

G.    MetodePenulisan.........................................................................        5

H.    SistematikaPenulisan...................................................................        6

BAB IIDISKRIPSI KITAB KISAH PARA RASUL........................        8

A.    LatarBelakangKitabKisah Para Rasul.........................................        8

1.      PenulisKitabKisah Para Rasul...............................................        10

2.      AlamatPenulis.......................................................................        11

3.      WaktuPenulisan.....................................................................        12

4.      MaksuddanTujuanPenulisan.................................................        13

B.     IkhtisarKitabKisah Para Rasul....................................................        13

BAB III STRATEGI PENGINJILAN RASUL PAULUS DITINJAU

DARI KITAB KISAH PARA RASUL APLIKASINYA

TERHADAP PENGINJILAN MASA KINI.......................        15

A.    Strategi Pengunjilan Rasul Paulus Ditinjau Dari

KitabKisah Para Rasul................................................................        15

1.      StrategiMisi...........................................................................        20

1.1  PemberitaanFirmanTuhan (Kisah Para Rasul 18:11).......        20

1.2  Penginjilan.......................................................................        21

1.3  Pendekatansecaraperibadi...............................................        22

2.      MelaluiKelompokSosialdanBudaya......................................        24

2.1  Orang Yahudi (Kisah Para Rasul 13:16-41, 18:4)...........        25

2.2  Non Yahudi (Kisah Para Rasul 14:15-17).......................        26

2.3  Kaum Elite (Kisah Para Rasul 13:6-12)..........................        27

3.      MelaluiSifatPersuasifPesan...................................................        28

3.1  Pidato..............................................................................        28

3.2  Khotbah...........................................................................        29

4.      MenjalinKontakSebagaiPembicaraPublik.............................        30

4.1  Sinagoge (Kisah Para Rasul 18:40).................................        30

4.2  Pasar (Kisah Para Rasul 17:17).......................................        31

4.3  RuangKuliah (Kisah Para Rasul 19:9).............................        32

B.     StrategiPenginjilanMasaKini.......................................................        32

1.      DefinisiPenginjilanMasaKini.................................................        33

1.1  MenurutPemahamanAlkitab............................................        33

1.2  MenurutPendapatPenginjil-penginjil...............................        34



2.      PolaPenginjilanMasaKini......................................................        35

2.1  Gereja..............................................................................        35

2.2  Pasar................................................................................        36

2.3  TempatKerja....................................................................        37

2.4  RumahTangga.................................................................        38

C.     Hubungan Penginjilan Rasul Paulus Dengan Penginjilan Masa Kini

1.      PengertianHubungan.............................................................        39

2.      PengaruhHubungan...............................................................        39

2.1  MemenangkanJiwaBagiKristus.......................................        39

2.2  MenjadiSaksiKristus.......................................................        40

D.    Aplikasi Terhadap Penginjilan Masa Kini

1.      Secara Individual..................................................................        41

2.      SecaraKelompok...................................................................        42

E.     Dampak Strategi Penginjilan Rasul Paulus Terhadap Penginjilan

MasaKini

1.      DampakPositif.......................................................................        43

2.      DampakNegatif.....................................................................        44

BAB IV  PENUTUP.............................................................................        45

A.    Kesimpulan........................................................................        45

B.     Saran-Saran........................................................................        46

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................        47

LAMPIRAN






BAB I

PENDAHULUAN

Pendahuluan dalam karya tulis ini membahas mengenai strategi penginjilan Rasul Paulus di tinjau dari kitab kisah para rasul aplikasinya terhadap penginjilan masa kini, maka penulis perlu memberikan penjelasan tentang, latar belakang masalah, pengertian istilah judul, alasan dan tujuan pemilihan judul, rumusan masalah, hipotesa, pembatasan masalah, metode penelitian dan sistematika penulisan.
A.      LatarBelakang Masalah
            Injil menggerakkan kita untuk memberitakan Kabar Baik dari Allah.
Sebelum naik ke sorga Yesus Kristus mengutus Para Rasul sebagai saksi-Nya kepada semua bangsa di dunia. Dia memerintahkan mereka mengabarkan berita keselamatan yang telah Dia kerjakan sampai ke ujung bumi.“Perintah Yesus Kristus ini dilaksanakan oleh para rasul sejak hari Pentakosta, ketika Roh Kudus dicurahkan ke atas mereka. Roh Kudus  memampukan dan memimpin mereka untuk memulai tugas pekabaran Injil”[1].
Perjanjian Baru khususnya dalam Kitab Kisah Para Rasul mencatat sangat jelas, di mana Tuhan memberikan kuasa kepada Rasul Paulus dalam pelayanan penginjilannya. Tuhan kita mengatakan kepada Rasul Paulus “jangan takut! Teruslah memberitakan firman dan jangan diam! (Kis. 18:9)“Sebab inilah yang diperintahkan kepadamu: Aku telah menentukan Engkau menjadi terang bagi bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, supaya engkau membawa keselamatan sampai ke ujung bumi” (Kis. 1:8).
Ketika Rasul Paulus memberitakan Injil banyak mujizat yang dia buat sehingga banyak orang yang menjadi percaya kepada Yesus bukan saja orang-orang biasa yang percaya tetapi orang-orang penting dalam pemerintahan juga menjadi percaya.
B.     Pengertian Istilah Judul
Penulis memberikan pengertian istilah judul, agar pembaca dapat memahami Karya Tulis ini dan menghindari kesalahpahaman serta sekaligus memberikan gambaran yang jelas kepada pembaca Karya Tulis ini yang berjudul “STRATEGI PENGINJILAN RASUL PAULUS DITINJAU DARI KITAB KISAH PARA RASUL APLIKASINYA TERHADAP PENGINJILAN MASA KINI” maka penulis akan menjelaskan istilah-istilah yang ada dalam karya tulis ini. Istilah yang akan di jelaskan adalah :
1.        Strategi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, strategi adalah :
Ilmu dan seni menggunakan semua sumber daya bangsa untuk melaksanakan kebijaksanaan tertentu dalam perang dan damai, Ilmu dan seni memimpin bala tentara  untuk menghadapi musuh dalam perang dalam kondisi menguntungkan, Rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus, Tempat yang baik menurut siasat perang[2].
    
 Penulis mengambil suatu pengertian untuk strategi dalam hal ini adalah rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai suatu sasaran khusus.
2.        Penginjil
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,  Penginjil adalah orang yang menyebarkan Injil”[3]
Penulis dapat menjelaskan istilah penginjilan sesuai dengan pengertian diatas adalah suatu kegiatan pemberitaan kabar baik bagi orang yang belum mengenal Yesus sehingga dengan Injil yang mereka dengar, mereka dapat mengenal dan menerima Yesus Kristus sebagai Juruselamat.
3.      Aplikasi
Kata lain untuk apalikasi adalah penggunaan atau penerapan suatu program yang dipakai oleh Rasul Paulus dalam memberitakan Injil diterapkan oleh penginjilan masa kini.
4.      Masa kini
Keadaan yang terjadi sesuai dengan perkembangan zaman.
Penulis memberikan defenisi dari judul diatas agar tidak menimbulkan salah tafsir dari pembaca bahwa judul tersebut memiliki pengertian suatu rencana yang cermat mengenai kegiatan pemberitaan kabar baik yang dipakai oleh Rasul Paulus diterapkan sesuai dengan perkembangan zaman sekarang.
C.    Tujuan Penulisan
1.    Tujuan Operasional
Tujuan operasional dari karya tulis ini adalah :
1.1         Membuktikan hipotesa yang penulis ajukan
1.2         Mengetahui strategi penginjilan Rasul Paulus
1.3         Mengetahui aplikasi dari strategi penginjilan Rasul Paulus terhadap Gereja masa kini.
2.    Tujuan Individual
Tujuan individual dari karya tulis ini adalah :
2.1     Menambah pengetahuan dan wawasan tentang penginjilan yang dilakukan Rasul Paulus.    
2.2     Memenuhi syarat akademis guna memperoleh Gelar Sarjana Muda Teologi pada Akademi Theologia Alkitab Salatiga.
3.    Tujuan Fungsional
Tujuan fungsional dari karya tulis ini adalah :
3.1         Karya tulis ini dapat dipergunakan bagi para pembaca yang membutuhkan referensi tentang strategi penginjilan.
3.2         Karya tulis ini sebagai pengembangan keilmuan keagamaan bagi Akademi Theologia Alkitab Salatiga.
3.3         Karya tulis ini dapat diterapkan dalam penginjilan masa kini.
D.  Rumusan Masalah
            Rumusan masalah dalam karya tulis ini adalah :Bagaimana aplikasi dari strategi Penginjilan Rasul Paulus terhadap Penginjilan masa kini?
E.     Hipotesa
Penulis dapat memberikan hipotesa tentang karya tulis ini, bahwa dalam Kitab Kisah Para Rasul memuat ajaran strategi penginjilan Rasul Paulus dan strategi tersebut masih relevan untuk misi penginjilan masa kini.


F.       Batasan Masalah
Penulis memberikan batasan masalah dalam karya tulis ini hanya pada masalah Strategi Penginjilan Rasul Paulus di tinjau dari Kitab Kisah Para Rasul khususnya pada Kisah Para Rasul pasal 13-18 dan aplikasinya terhadap Penginjilan masa kini.
G.    Metode Penulisan
Penulis menggunakan penelitian kepustakaan dalam penyusunan karya tulis ini dengan metode-metode sebagai berikut :
1.      Metode Historis
Penulis menggunakan data-data peninggalan pelayanan penginjilan Rasul Paulus yang terdapat dalam kitab Kisah Para Rasul serta beberapa pendukung lainnya.
2.      Metode Pengumpulan Data
Suatu teknik atau usaha yang dilakukan oleh penulis untuk menghimpun informasi yang relevan dengan cara mengumpulkan buku-buku, literatur-literatur yang menunjang dalam penulisan karya tulis yang berkaitan dengan penginjilan dan strateginya[4].
3.      Metode Menarik Kesimpulan
Penulis menggunakan metode induktif  yaitu cara analisis dari contoh-contoh atau fakta-fakta kemudian dirumuskan menjadi suatu kesimpulan dan diaplikasikan untuk pelayan misi penginjilan masa kini[5].

H. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan karya tulis ini adalah :
Bab Pertama, Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, pengertian istilah judul, tujuan penulisan, rumusan masalah, hipotesa, batasan masalah, metode penulisan dan sistematika penulisan.
Bab Kedua, Deskripsi Kitab Kisah Para Rasul yang terdiri dari Latar Belakang Kitab dan Penulis,yaitu: penulis,alamat penulisan, waktu penulisan dan tahun penulisan, maksud dan tujuan penulisan, kemudian bagian selanjutnya ikhtisar Kitab Kisah Para Rasul.
Bab Ketiga, Strategi penginjilan Rasul Paulus di tinjau dari Kitab Kisah Para Rasul aplikasinya terhadap penginjilan masa kini yang terdiri dari strategi misi, melalui kelompok sosial dan budaya, melalui sifat persuasif pesan, menjalin kontak sebagai pembicara publik, melalui garis petunjuk mutlak, strategi penginjilan masa kini, defenisi penginjilan masa kini, pola penginjilan masa kini,aplikasinya terhadap misi penginjilan masa kini,dampak strategi penginjilan Rasul Paulus terhadap penginjilan masa kini.
Bab Keempat, Penutup dalam bab ini mencakup paparan dalam karya tulis dalam bentuk kesimpulan, kemudian membuat beberapa saran yang diharapkan dapat berguna bagi dunia pelayanan dan bagi seluruh pembaca di kemudian hari.
Daftar Pustaka, yang berisi buku-buku literatur yang diambil dari berbagai sumber yang dipakai sebagai penyusunan karya tulis.






BAB II
DISKRIPSI KITAB KISAH PARA RASUL

A.    Latar Belakang Kitab dan Penulis
Kitab Kisah Para Rasul adalah kitab yang memaparkan sejarah agama kristen yang mula-mula atau orang-orang yang telah percaya kepada Yesus pada abad mula-mula secara teratur dan tertib.
Kitab Kisah Para Rasul bukan saja buku sejarah dari gereja mula-mula, melainkan menjadi buku pedoman bagi kehidupan kristen. Orang percaya seharusnya mendambakan dan menantikan, sebagai norma atau patokan gereja masa kini, semua unsur pelayanan dan pengalaman gereja Perjanjian Baru semuanya ini dapat dicapai apabila gereja bergerak dalam kuasa Roh yang penuh. Kisah Para Rasul mencatat apa yang seharusnya gereja perbuat di dalam setiap generasi selama ia melanjutkan pelayanan Yesus dalam kuasa Pentakosta dari Roh Kudus.
Kisah Para Rasul di sebut sebagai perbuatan para rasul tetapi lebih tepat bila disebut sebagai perbuatan Roh Kudus dalam gereja. Rahasia keseluruhan kitab ini adalah kemuliaan, pekerjaan dan pelayanan Roh Kudus dalam gereja. Disana terdapat lebih kurang 50 petunjuk dari orang-orang percaya yang menyatakan tentang pekerjaan Roh Kudus dalam gereja mula-mula.
Karena pekerjaan Roh Kudus sehingga mereka berkata dan bertindak, dalam arti memberitakan, mengajarkan Firman Tuhan, menyatakan kebangkitan kristus dalam kuasa, tanda-tanda dan keajaiban didalam pekerjaan Roh Kudus. Ini merupakan kunci dari Kitab Kisah Para Rasul. Gereja  mula-mula mengakui bahwa mereka tidak berdaya, tidak mampu, lemah rohani, kekurangan, miskin tanpa Roh Kudus. Orang-orang percaya mengakui, bahwa setiap hari mereka memerlukan Roh Kudus untuk bekerja dan bersaksi. Mereka sadar, mereka tidak memiliki kuasa didalam diri mereka sendiri untuk tugas yang besar dan maksud kristus yang telah memanggil mereka. Mereka sama-sama menyadari akan kenyataan, bahwa segala keperluan mereka baik anugerah, pemberian dan kuasa ada di dalam Roh Kudus penolong yang heran itu.
David Ibrahim, dalam Diktat Kisah Para Rasul mengatakan bahwa:

  Yesus mengajar bahwa penolong yang akan diam dalam mereka adalah Roh Kudus yang akan menyertai dan menjadikan mereka berhasil dalam segala hal (Yoh. 14:16-17,26). Dalam Kisah Para Rasul ini kita mendengar berita tentang kebangkitan Tuhan Yesus oleh Roh Kudus di dalam gereja pada waktu itu dan terus berjalan sampai ke seluruh dunia. Keberhasilan gereja mula-mulayang bergantung sepenuhnya pada Roh Kudus, kita temukan dalam Kitab Kisah Para Rasul dengan adanya tujuh tanda gerak maju dari gereja mula-mula:
1.    Kis. 2:47 (Tiap-tiap hari Tuhan menambah mereka dengan orang-orang yang diselamatkan).
2.    Kis. 6:7 ( Orang percaya melayani dengan kuasa Roh Kudus, firman Allah tersebar jumlah murid bertambah di Yerusalem).
3.    Kis. 9:31 ( Jumlah jemaat bertambah di Yudea, Galilea, Samaria karena pertolongan dan penghiburan Roh Kudus).
4.    Kis. 12:24 ( Firman Tuhan semakin tersebar dan banyak di dengar orang).
5.    Kis. 16:5 ( Jumlah jemaat kian bertambah).
6.    Kis. 19:20 (Firman Tuhan makin tersiar dan makin berkuasa).
7.    Kis. 28:31 ( Tanpa rintangan ia memberitakan kerajaan Allah, tentang Yesus Kristus diberitakan di Roma)[6].





1.        Penulis Kitab Kisah Para Rasul
Tradisi tertua dengan suara bulat menunjuk kepada Lukas sebagai penulisnya. Meskipun dalam kitab Kisah Para Rasul  judul atau namanya itu tidak disebut, namun permulaannya dan apa yang disebut “ayat-ayat kami”, yakni ayat-ayat dimana Lukas memakai perkataan kami, dengan jelas menunjuk kepada Lukas sebagai penulis. Dalam Kolose 4:14; Filemon 24:2; 2 Timotius 4:11 Lukas disebut sebagai teman sekerja Paulus[7].
Bukti-bukti yang menyatakan bahwa Lukas adalah penulisnya, ini termuat dalam Alkitab :
Karena dia mengenal secara pribadi orang-orang yang di sebut dengan nama. Bahwa dia sendiri terlibat dalam banyak peristiwa yang disebut, maka kita mengerti bahwa Kisah Para Rasul memberikan laporan yang tepat, dan merupakan sumber yang paling penting tentang perkembangan gereja mula-mula pada abad pertama[8].

 Penulis dapat memberikan pendapat sehubungan dengan hal tersebut bahwa Lukas mengerti kejadian perkembangan gereja mula-mula.
Pertama, Lukas adalah seorang pembantu yang sangat berharga bagi Paulus dan seorang rekan yang paling setia, sebab Lukas telah menemani Paulus ketika ia terakhir di penjarakan.
Kedua, kata ganti “kami” menunjuk kepada Lukas sendiri sebagai penulis yang disebut teman sekerja Paulus .
Ketiga, Ada kemungkinan bahwa Lukas sendiri adalah orang Anthiokhia, itu berarti bahwa dia cukup mengenal situasi disana untuk menulis tentang perkembangan jemaat mula-mula.
Bukti yang lain, beberapa bapak gereja seperti Irenaeus, Klemens, dan Tertullianus menyebutkan Lukas juga sebagai penulis Kitab Kisah Para Rasul.
2.      Alamat Penulisan
Alamatnya sama dengan alamat Injil Lukas, yaitu kepada seorang bernama “Teofilus” (Kis. 1:1) itu sama sekali tidak berarti bahwa Lukas hanya bermaksud untuk menulis kepada seorang pribadi saja melainkan sama seperti Injil Lukas dia mengalamatkan Kisah Para Rasul kepada orang-orang yang berlatar belakang kafir, sehingga mereka akan melihat perbuatan Allah dan melaluinya iman mereka dikuatkan.
Dalam Kitab Kisah Para Rasul belum ada catatan yang jelas tentang pribadi Theofilus namun Lukas memberi gelar padanya sebagaimana Paulus menyapa pegawai-pegawai pemerintah yang tinggi, seperti Feliks dan Festus (Kis. 23:26; 24:2; 26:25). Jadi dapat digolongkan bahwa Theofilus adalah seorang yang terhormat dan terpandang dan mempunyai kedudukan yang tinggi pada masa pemerintahan itu.
 H. Van den Brink, mengatakan bahwa “Karena membaca Injil maka Theofilus yang semula hanya berminat kemudian telah menjadi orang yang beriman, dan kini dalam kitab yang kedua ini tidak lagi disebut sebagai orang yang terkemuka tetapi sebagai seorang saudara”[9].
Surat ini di alamatkan kepada Theofilus karena memiliki iman yang bertumbuh setelah membaca Injil tentang perbuatan Allah atau tentang Tuhan Yesus.
3.      Waktu Penulisan dan Tempat Penulisan
Waktu penulisan Kitab Kisah Para Rasul tidak dapat dipastikan, namun demikian untuk membuktikan hal tersebut penulis melakukan analisa menurut pendapat Ds. H. Van den Brink  dalam bukunya Tafsiran Kisah Para Rasul mengatakan bahwa “Kitab Kisah Para Rasul ditempatkan antara tahun 70 dan 80 sesudah kristus”[10]  Hal ini sesuai dengan peristiwa terakhir yang mengisahkan penahanan Paulus di Roma.
 Ola Tulluan berpendapat dalam bukunya Introduksi Perjanjian Baru mengatakan bahwa  “Kitab Kisah Para Rasul ditulis kira-kira tahun 62-63 sesudah kristus”[11].
Penulis mengambil suatu kesimpulan dengan mempertimbangkan dengan Kisah Rasul ini ditulis kira-kira tahun 62 sampai tahun 64 dengan alasan menjelang berakhirnya masa penahanan Rasul Paulus di kota Roma (Kis. 28:30)[12].
4.      Maksud dan Tujuan Penulisan
Maksud dan tujuan Lukas menulis kitab ini adalah ingin menunjukan bahwa Injil bergerak dengan kemenangan dari perbatasan Yudaisme yang sempit kedunia kafir dan juga dia mengungkapkan peranan Roh Kudus dalam kehidupan dan misi gereja.
Lukas sebagai penulis Kisah Para Rasul juga ingin menunjukan bahwa Roh Kudus memiliki peranan yang besar dalam memberitakan Injil. selain itu juga Lukas menekankan baptisan Roh Kudus sebagai persediaan Allah dalam memperkuat gereja untuk memberitakan Injil melanjutkan pelayanan Yesus.
B.     Ikhtisar Kitab Kisah Para Rasul
              I.     Pendahuluan (Kis.1:1-26)
a.       Sebelum Kristus naik ke surga (Kis.1:1-8)
b.      Sesudah Kristus naik ke surga (Kis.1:9-26)
           II.     Pekabaran Injil di Yerusalem (Kis.2:1-8:3)
a.       Pelayanan Petrus (Kis.2:1-5:42)
b.      Pelayanan Stefanus (Kis.6:1-8:3)
        III.     Pekabaran Injil di Yudea dan Samaria (Kis.8:4-11:18)
a.       Pelayanan Filipus (Kis.8:4-40)
b.      Pelayanan Paulus di mulai (Kis.9:1-31)
c.       Pelayanan Petrus berakhir (Kis.9:32-11:18)
        IV.     Pekabaran Injil kepada bangsa-bangsa kafir (Kis.11:19-28:35)
a.       Pelayanan Barnabas (Kis.11:19-12:25)
b.      Pelayanan Rasul Paulus (Kis.13:1-28:29)
i.           Perjalanan Misi yang pertama (Kis.13:1-14:28)
ii.         Sidang Yerusalem (Kis.15:1-35)
iii.       Perjalanan Misi yang kedua (Kis.15:1-35)
iv.       Perjalanan Misi yang ketiga (Kis.18:23-21:14)
v.         Paulus ditawan di Yerusalem (Kis.21:15-23:10)

vi.       Paulus sebagai tawanan di kaisarea (Kis.23:11-26:32)
vii.     Paulus sebagai tawanan di Roma (Kis.27:1-28:29)





BAB III
STRATEGI PENGINJILAN RASUL PAULUS DITINJAU DARI KITAB KISAH PARA RASUL APLIKASINYA TERHADAP PENGINJILAN MASA KINI

A.      Strategi Penginjilan Rasul Paulus Ditinjau dari Kitab Kisah Para Rasul
 Pada bagian ini penulis akan memaparkan tentang bagaimana strategi penginjilan Rasul Paulus ditinjau dari kitab Kisah Para Rasul, tetapi sebelum itu penulis akan melihat tentang latar belakang kehidupan Rasul Paulus.
Pertama, masa muda Paulus. Paulus lahir kira-kira tahun 3 Masehi di dalam sebuah keluarga Yahudi terhormat yang tinggal dikota Tarsus sebagai warga negara Roma. Paulus sendiri yang menyatakan hal ini kepada kepala pasukan romawi, sebagai suatu pembelaan diri.
 Kisah Para Rasul 22:27-28 mengatakan :
Maka datanglah kepada pasukan itu kepada paulus dan berkata: “katakanlah, benarkah engkau warganegara Rum?” Jawab Paulus: “Benar”. Lalu kata kepala pasukan itu: “Kewarganegaraan itu kubeli dengan harga yang mahal.” Jawab Paulus: “Tetapi aku mempunyai hak itu karena kelahiranku. 

Selanjutnya Paulus dibesarkan di dalam keluarga yang menganut tradisi-tradisi Yahudi secara ketat. Paulus disunat pada hari kedelapan, dan berasal dari suku benyamin. Diperkirakan ada dua tahap yang dilalui Paulus pada masa mudanya yaitu: masa kanak-kanak dilaluinya ditarsus, sementara masa muda dan awal kedewasaanya dihabiskan di Yerusalem[13]. Para ahli berpendapat bahwa istilah ‘dibesarkan’ yang terdapat di dalam Kisah Para Rasul 22:3 lebih menunjuk pada proses pendidikan paulus. Jadi yang dikerjakan paulus pada masa mudanya paulus mengikuti pendidikan agar tidak terpengaruh oleh kebudayaan kafir.
Kedua, Pendidikan Paulus. Setelah mencapai usia yang disyaratkan, Saulus dikirim oleh orang tuanya ke Yerusalem untuk masuk ke pendidikan sekolah rabi. Yerusalem ketika itu merupakan pusat dunia Yahudi. Saulus dididik di Yerusalem di bawah asuhan Gamaliel, seorang farisi dan juga salah seorang anggota Sanhedrin yang sangat disegani oleh masyarakat Yahudi. Lukas mencatat tentang Gamaliel sebagai seorang penasehat yang sangat bijaksana dan selalu membuat perbandingan sebagai suatu bahan pertimbangan dalam memberikan nasehat kepada Mahkamah Agama.
Menurut  sejarah pendidikan teologia dikalangan bangsa Yahudi, Gamaliel adalah salah satu dari tujuh sarjana Yahudi yang menyandang gelar Rabban, yang artinya Guru kita. Gamaliel adalah cucu Hillel, pendiri sebuah sekolah yang juga diberi nama Hillel. Para ahli sejarah Perjanjian Baru memperkirakan Hillel sudah mengajarkan sustu bentuk agama Yahudi yang lebih maju dan liberal ketika itu[14].
Hillel mengajarkan bahwa orang-orang bukan Yahudi juga mendapat bagian dalam rencana Allah. Dan Paulus mungkin mendengar pertama kali dari Gamaliel bahwa ada tugas besar yang perlu dikerjakannya di antara bangsa-bangsa non Yahudi. Selain itu, nampaknya sasaran pendidikan sekolah Hillel lebih berorientasi pada ilmu penafsiran dan nubuatan-nubuatan sehingga orang tua dari Paulus mengirim dia untuk mengikuti pendidikan di sekolah Hillel. Dan hal tersebut terlihat sangat jelas didalam tulisan-tulisan Paulus dikemudian hari dan yang kita miliki sampai sekarang.
Paulus menjalani pendidikan dikampus Hillel sampai ia meraih gelar Farisi. Farisi adalah gelar akademik dibidang teologia Perjanjian Lama. Seorang farisi artinya seorang yang memahami dan mempraktekkan ajaran Perjanjian Lama sampai pada hal-hal yang kecil. Dari masa kecil Paulus sudah menganut hukum taurat serta adat istiadat Yahudi.
Keahlian Paulus dibidang keagamaan (teologia Yahudi) memang sangat menonjol bila dibandingkan dengan penulis-penulis Perjanjian Baru lainnya. Ia adalah seorang rasul yang memiliki latar belakang pendidikan dan pengetahuan yang luas dalam bidang teologi Perjanjian Lama. Di samping itu Paulus juga mempunyai pemahaman yang luas tentang budaya  dan filsafat Yunani, tentang sistem hukum dan pemerintahan Romawi. Hal inilah yang membuat beberapa teolog menambahkan lagi dunia Romawi (dunia politik) sebagai bagian dari latar belakang paulus.
Ketiga, Paulus sesudah Bertobat. Setalah pertobatannya, Rasul Paulus tidak begitu mudah untuk melupakan atau meninggalkan sama sekali masa lalunya dengan segala kebanggaan yang melekat padanya. Dan ia tidak mengingkari kenyataan tersebut. Paulus masih sering membanggakan latar belakang kebangsaan, keagamaan, dan pendidikannya. Paulus membanggakan prestasi masa lalunya dalam bidang keagamaan. Dengan penuh keyakinan, dan agak bangga ia menyatakan bahwa ia lebih dari pada orang-orang lain dalam hal melaksanakan hukum taurat dan Paulus tidak dapat melepaskan diri sama sekali dari tradisi-tradisi Yudaisme, walaupun ia sesungguhnya sudah bertobat, atau menjadi rasul Kristus.
Paulus adalah seorang Yahudi dengan segala keistimewaan dan kekhususannya, tetapi hampir seluruh kiprah pelayanannya justru diabdikan kepada orang-orang yang non Yahudi. Bagi Paulus tentu tidak ada kesulitan untuk melayani di dalam konteks dunia seperti itu, karena sebagai warga kota Tarsus, ia pernah hidup di dunia Helenisme dan telah mendapat pendidikan yang baik tentang berbagai macam kebudayaan atau filsafat Yunani, sehingga tidak akan ada sesuatu yang asing baginya di dalam pelayanannya kepada orang Yunani.
Pada satu sisi, Paulus memang membanggakan latar belakang Ke-Yahudiannya dengan segala hak yang melekat di dalamnya, akan tetapi pada sisi yang lain Paulus juga membanggakan kewarganegaraannya yaitu warga negara Romawi dengan hak dan jaminan yang terkandung di dalamnya. Sebagai warga negara Romawi Paulus tidak segan-segan menantang dan mengkritik tindakan pembesar-pembesar kota Filipi yang memperlakukan dirinya tidak sesuai dengan hukum yang berlaku. Tetapi, Paulus sadar bahwa ia telah menjadi rasul atau hamba (doulos) Tuhan dan sebagai warga negara Roma ia tetap menggunakan semua jalur dan proses hukum yang berlaku dalam menyelesaikan perkara, ia juga tetap menuntut hak-haknya yang memang dijamin oleh hukum.
Paulus sebagai seorang terpelajar, tentu tidak hanya menyadari dan menuntut hak-haknya sebagai warga negara Roma, tetapi ia juga menyadari dan melaksanakan kewajiban-kewajiban sebagai warga Roma. Selanjutnya Rasul Paulus menganjurkan kepada seluruh jemaat yang ada dibawah asuhannya diwilayah kekaisaran Romawi untuk taat kepada penguasa negara, dan melakukan kewajiban-kewajiban mereka dengan setia kepada negara. Paulus tidak hanya menjunjung tinggi tradisi-tradisi yang ia warisi dari latar belakang kebangsaan, kebudayaan, serta keagamaannya, tetapi ia juga menghargai budaya, sistem hukum dan politik serta struktur pemerintahan yang ada d idalam kekaisaran Romawi. Bahkan ia memerintahkan jemaat untuk melakukan semua kewajibannya terhadap negara.
Sebelum Yesus naik ke sorga, Yesus Kristus mengutus Para Rasul sebagai saksinya kepada semua bangsa didunia (Mat. 28:18-20, Kis. 1:8). Dia memerintahkan mereka mengabarkan berita keselamatan yang telah Dia kerjakan sampai ke ujung bumi (Luk. 24:47-48). Sehingga gereja juga giat dan setia mengabarkan Injil kepada orang-orang yang belum mengenal Kristus. Pekabaran Injil adalah pemberitaan kabar gembira tentang Tuhan dengan maksud supaya orang yang mendengar berita itu mengambil keputusan untuk bertobat. Pekabaran Injil ditunjukan kepada orang-orang yang bukan kristen dengan maksud supaya semua orang itu menyerahkan kehidupannya secara penuh kepada Tuhan.
1.      Strategi Misi
Strategi ini difokuskan pada penentuan pribadi seorang penginjil sebelum melaksanakan tugas penginjilan.
 Menurut Kamus Praktis Bahasa Indonesia, misi adalah “tugas yang dianggap sebagai kewajiban untuk melakukannya demi agama, ideologi atau patriotisme”[15]
Penulis dapat mengambil suatu pengertian tentang misi adalah suatu tugas yang dianggap sebagai kewajiban yang dilakukan demi agama. Sehingga ketika kita mau mengerjakan sebuah misi pemberitaan Injil maka kita perlu strategi dan di bawah ini merupakan strategi Rasul Paulus :
1.1  Pemberitaan Firman Tuhan (Kisah Para Rasul 18:11)
Orang perlu mendengar pesan tentang Yesus Kristus. Itu berarti, baik orang Yahudi maupun non Yahudi perlu dijangkau dengan pendekatan tertentu sehingga kabar tentang Yesus Kristus bisa disampaikan.
Menurut Kamus Praktis Bahasa Indonesia, pemberitaan adalah “pengumuman, maklumat, proses, perbuatan, cara memberitakan”[16]
Firman Allah menentukan siapa yang akan memasuki perhentian Allah. Firman ini merupakan pedang tajam yang menusuk sampai ke dalam sanubari kita untuk mengetahui apakah pikiran dan motivasi kita itu rohani atau tidak. Oleh karena itu, tanggapan kita terhadap Firman Allah seharusnya lebih mendekatkan kita kepada Yesus sebagai imam besar kita[17].
Firman Tuhan telah datang kepada manusia dan firman itu tidak dapat diabaikan. Bangsa Yahudi selalu mempunyai suatu gagasan yang khas mengenai firman. Sekali diucapkan, maka kata itu memilik keberadaan yang bebas. Kata-kata adalah bukan hanya sebuah suara dengan arti tertentu melainkan kata-kata adalah suatu kekuatan yang terus bergerak dan bertindak. Yesaya mendengar Allah bersabda, bahwa firman yang keluar dari mulut Allah tidak akan kembali dengan hampa, firman itu senantiasa akan bertindak sesuai dengan maksudnya.
Firman Tuhan itu efektif. Fakta sejarah telah membuktikan bahwa bila seseorang menanggapi Firman Allah dengan sungguh-sungguh maka akan terjadi sesuatu hal. Jika orang menanggapi firman Tuhan dengan sungguh-sungguh, ia akan segera menyadari bahwa firman Tuhan itu bukan hanya di pelajari atau di baca, tetapi Firman Tuhan itu adalah sesuatu yang harus di lakukan.
Selama perjalanan pelayanan Paulus di kota Korintus, Paulus mengambil tindakan walaupun pada saat itu paulus memberitakan Injil dan ditolak oleh orang-orang Yahudi, tetapi Paulus tetap memberitakan Firman Tuhan dan pada akhirnya hasil dari pemberitaan Firman Tuhan itu ada jiwa yang dimenangkan oleh Paulus.
1.2  Penginjilan
 H. Vanema, penginjilan adalah :
Pengutusan gereja oleh Yesus Kristus, Juruselamat dunia, untuk melaksanakan perintah-Nya demi kemuliaan nama Tuhan yaitu memanggil semua orang didunia dan mengabarkan kepada mereka Injil kerajaan Allah supaya oleh kuasa Roh Kudus mereka diselamatkan dari dosa dan penghakiman hingga menjadi warga kerajaan Allah yang melakukan segala sesuatu yang diperintahkan-Nya[18].

Sesuai dengan pengertian di atas yang di maksud penginjilan menurut penulis adalah agar mereka mendengarkan Injil kita sebagai seorang pemberita Injil diutus oleh gereja untuk melaksanakan perintah-Nya dan mengabarkan Injil kerejaan Allah agar mereka diselamatkan dari dosa dan penghakiman hingga menjadi warga kerajaan Allah dan melakukan segala perintah-Nya.
Jika kita melihat dalam Kitab Kisah Para Rasul 18:9-11, Paulus tidak merasa takut dalam memberitakan Injil. Dikatakan bahwa : “Pada suatu malam berfirmanlah Tuhan kepada Paulus di dalam suatu penglihatan: “Jangan takut! Tersuslah memberitakan firman dan jangan diam!...” [19]
 Sering kali dia kecil hati menghadapi tugas-tugas di Korintus. Akan tetapi, ketika Allah memberikan satu tugas untuk dilaksanakan, Allah juga memberikan kemampuan untuk tugas itu. Dihadapan Allah, Paulus menemukan keberanian dan kekuatannya.
1.3  Pendekatan Secara Pribadi
Keberadaan pemberita Injil, erat hubungannya dengan pribadi seseorang dimana Injil itu akan diberitakan. Mengabarkan Injil secara pribadi adalah pemberitaan Injil dalam hidup sehari-hari, dimana seorang yang telah mengenal Kristus berupaya memperkenalkan Kristus kepada orang lain dan mengajaknya menerima Kristus. Lalu orang yang baru menerima kristus itu dibimbing menjadi saksi kristus.
Setiap orang mempunyai kepribadian sendiri, Ia harus didekati sesuai dengan kepribadiaannya. Kepribadian sukar dirumuskan karena setiap manusia memiliki sifat dan watak yang berbeda. Menurut pendapat D.W. Ellis dalam bukunya metode penginjilan mengatakan bahwa “Unsur kepribadian antara lain adalah akal atau kecerdasan, parasaan, kemauan”[20]. Karena itu penginjil harus berusaha mengkomunikasikan Injil kepada akal seseorang, sehingga perasaannya digerakkan dan kemauannya diserahkan kepada Yesus Kristus. Manusia tak mungkin mengemban tugas ini dengan kepandaiannya sendiri.
Karena itu kita harus belajar mengenal pribadi seseorang, dan  menyesuaikan pola pendekatan dan bobot berita Injil yang akan kita sampaikan dengan kepribadian orang itu. 1 Korintus 9:19-23 mengatakan Aku menjadikan diriku hamba dari semua orang, supaya aku boleh memenangkan sebanyak mungkin orang[21]. Kita tak boleh terpaku mengandalkan satu metode tertentu, melainkan menerapkan prinsip-prinsip umum dengan menyesuaikannya pada kebutuhan  dan kepribadian orang-seorang.
Pada metode ini Rasul Paulus melakukan pendekatan secara pribadi agar dapat menjangkau setiap pribadi yang belum mengenal Tuhan contohnya :
1.      Paulus dipimpin Roh kudus sebelum Paulus menjangkau setiap pribadi yang akan di Injili.
2.      Paulus menanggapi pimpinan Roh Kudus.
3.      Paulus menyimak setiap persolan yang mereka hadapi.
4.      Paulus menerangkan tentang Yesus dari Firman Tuhan.
5.      Setelah orang-orang itu mengaku dan percaya membaptiskannya. Kepercayaannya diteguhkan dalam kesaksian baptisannya didepan orang lain.
6.      Orang yang baru menerima Kristus berjalan pulang dengan sukacita.
2.      Melalui Kelompok Sosial dan Budaya
Rasul Paulus dalam penginjilan tidak lepas dari lingkungan ataupun hubungan yang dilakukan dengan tradisi mula-mula. Masyarakat atau kaum bangsawan yang saling menolong dalam cara yang menguntungkan mereka memberikan keramah-tamahan kepada teman-teman yang berkunjung dari daerah-daerah lain dan membentuk persekutuan.
Injil Kristus harus dibawa dan dilayankan kepada semua manusia dalam keadaan yang kongkret sebagaimana adanya. Setiap orang mempunyai pola dan wujud hidupnya. Adalah mustahil memisahkan seseorang dari kebudayaannya. Tetapi, perubahan sosial tidak lengkap tanpa perubahan batin manusia.  Orang-orang yang paling mampu menjalankan perubahan yang diperlukan dalam masyarakat biasanya menyadari perubahan yang perlu dalam diri mereka sendiri. Mereka juga menyadari kelemahan mereka dan percaya bahwa Tuhan memberi kekuatan bagi tugas-tugas mereka dalam masyarakat. Sehingga kelompok sosial dan budaya yang dipakai oleh Paulus adalah merupakan komponen-komponen masyarakat atau sebagian unsur-unsur masyarakat yang membentuk keadaaan yang memungkinkan ada jalan dalam memberitakan Injil.
Pekabaran Injil maupun pekerjaan sosial adalah bahwa pekerjaan sosial memperkuat kesaksian yang diberikan dalam pekabaran Injil. Kesaksian dari Rasul Paulus dan gaya hidup dari Rasul Paulus yang memperkuat berita yang dia saksikan. Gereja dalam Perjanjian Baru memberitakan Injil secara giat dan juga bersaksi dengan gaya kehidupan mereka. Mereka saling mengasihi dan setiap orang membagi-bagikan harta miliknya sesuai dengan keperluan masing-masing (Kis. 2:44-45). Orang-orang dari golongan-golongan yang biasanya saling mnejauhi menjadi sehati dan sejiwa dalam persekutuan Kristus.
2.1  Orang Yahudi (Kisah Para Rasul 18:4)
Dalam Roma 9:4-5 disini Paulus menggambarkan orang Yahudi sebagai umat yang diangkat anak oleh Allah. Mereka adalah umat yang telah melihat kemuliaan Allah digunung sinai, dalam sejarah mereka dan penyataan Allah. Mereka adalah umat yang menerima perjanjian Allah secara berulang-ulang. Mereka adalah umat yang menerima hukum Allah. Mereka adalah umat yang sungguh-sungguh menyembah kepada Allah[22].
Sebagai orang Yahudi, Paulus juga memiliki kerinduan agar bangsanya juga diselamatkan. Dengan adanya beban ini, maka Paulus memberitakan Injil keselematan kepada banyak orang diberbagai daerah dan berbagai lapisan masyarakat. Penginjilan Paulus sangat berhasil walau banyak hambatan yang dihadapinya, banyak orang awam, imam-imam, orang-orang tertawan bahkan orang terkemuka diselamatkan. Ia juga ditentang oleh orang-orang Yahudi karena pemberitaan Injil Paulus dianggap oleh banyak orang yang melanggar adat istiadat dan agama Yahudi. Banyak orang-orang Yahudi yang menolak akan pemberitaan Injil yang dilakukan oleh Paulus. Akibatnya Paulus mengalami penderitaan, aniaya, dan nyawapun terancam. Namun hal tersebut tidak menghalangi semangat dari Paulus menjadi kendor, namun rohnya tetap menyala-nyala untuk melayani Tuhan.
Dari hal ini kita bisa melihat bahwa paulus sangat berhasil dalam memberitakan Injil terhadap orang-orang Yahudi sebab jangkauannya sangat luas baik orang yang tidak berpendidikan maupun orang yang berpendidikan.
2.2  Non Yahudi (Kisah Para Rasul 14:15-17)
Lukas memberikan contoh khotbah penginjilan Paulus dihadapan orang-orang dari bangsa lain (non-Yahudi) tentang pekerjaan misi Rasul Paulus dikota Listra.
Dalam Kamus Alkitab Listra adalah : “suatu koloni Romawi, 40 km barat daya”[23]
Kisah Para Rasul 14:15-17 menyatakan bahwa, Penduduk Listra telah menafsirkan mukjizat kesembuhan yang terjadi setelah salah satu khotbah Paulus sebagai manifestasi kuasa ilahi yang menunjukan bahwa Barnabas dan Paulus adalah dewa yang menyamar, yang melawat mereka (Zeus), dewa utama dari dewa Olimpus dan Hermes, utusannya. Tetapi Paulus dengan cepat memperjelas bahwa ia dan Barnabas bukan dewa yang bisa disembah. Menurut Eckhard J. Schnabel dalam bukunya yang berjudul Rasul Paulus Sang Misionaris mengatakan bahwa : “Mereka bukan manusia super mereka hanyalah manusia biasa sama dengan penduduk Listra (Kis. 14:15)”[24] Oleh sebab itu, orang-orang yang menyembah berhala tidak bisa dengan mudah membedakan antara dewa dan manusia, Sehingga Paulus harus menjelaskan kepada penduduk yang ada di Listra tentang Allah yang hidup dan yang benar.
Paulus mengajar penduduk yang ada di kota Listra lima kebenaran tentang Allah :
1.      Allah hadir dalam pekerjaan penciptaan, yang menjadi saksi bisu kebaikan-Nya.
2.      Allah dalam kebaikan-Nya berusaha memuaskan kebutuhan orang yang Dia perhatikan.
3.      Allah ingin umat-Nya mengalami sukacita dalam hati mereka.
4.      Hanya Allah sendiri yang layak disembah karena Dia Allah yang benar dan sejati.
5.      Allah tidak lagi mengizinkan bangsa non-Yahudi untuk menuruti jalan mereka sendiri.
Alasan mengapa Injil harus diberitakan kepada orang-orang Non-Yahudi karena orang-orang Non-Yahudi lebih mempercayai kepada dewa tetapi dalam penginjilan yang dilakukan Paulus kepada orang-orang yang ada Listra Paulus mengatakan bahwa, jangan ada seorang pun yang disembah oleh karena manusia tetapi yang harus mereka sembah adalah Allah Yang hidup (Kis. 14:15)
2.3  Kaum Elite
Paulus juga tahu bahwa ada orang yang kuat dan lemah, sejumlah kecil pembuat keputusan yang kaya dan berpengaruh, dan sejumlah besar serta mayoritas orang miskin yang biasanya “tidak bersuara”.
 Paulus menyadari perbedaan ini, ada hal yang memisahkan antara kaum elite dan massa yang miskin dan terpinggirkan. Meskipun ia membedakan tetapi ia juga mneyadari panggilan khusus sebagai seorang misionaris bagi bangsa-bangsa lain, Paulus memahami dirinya memiliki kewajiban untuk menjadi seorang pemberita Injil bagi semua orang sehingga beberapa orang bisa datang pada imam kepada Yesus Kristus yang menyelamatkan (1 Kor. 9:22). Kabar tentang Yesus kristus yang menyelamatkan tidak mengizinkan sang misionaris untuk menyisihkan kelompok etnis tertentu atau kelompok sosial tertentu dari pemberita Injil.
3.      Sifat Persuasif Pesan  
3.1  Pidato
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pidato adalah “pengungkapan pikiran dalam bentuk kata-kata yang ditunjukan kepada banyak orang”[25]
Penulis dapat memberikan penjelasan dari istilah diatas adalah pengungkapan pikiran dalam bentuk kata-kata yang sudah disusun secara teratur kemudian disampaikan kepada banyak orang.
Strategi yang digunakan oleh Paulus dalam memberitakan Injil kepada orang-orang yang ada pada saat itu bukan saja melalui khotbah tetapi Paulus menggunakan cara lain yaitu pidato, dimana melalui pidato orang dapat mendengar dengan cermat apa yang disampaikan oleh Paulus dalam ia membritakan tentang Yesus.
Tetapi dalam berpidato ada keefektifan dan ada ketidakefektifan dari pidato yang disampaikan oleh Rasul Paulus yaitu :
1.      Mendapat pengikut dari kalangan orang perpendidikan tinggi.
2.      Memberikan kesempatan untuk membiarkan penduduk yang di Injili mendapat keterampilan dalam berpidato.
3.      Melalui pidato dapat menjalin hubungan yang bersahabat dengan penduduk maupun pejabat-pejabat kota.
4.      Harus memiliki strategi untuk menarik minat pendengar.
5.      Harus memberikan bukti dari pidato yang disampaikan.
6.      Memberikan penjelasan kepada pendengar untuk menjamin keefektivitas pidato tersebut.
3.2  Khotbah
Menurut Charles R. Swondoll  khotbah adalah “usaha-usaha menyedihkan untuk menarik orang-orang yang tidak percaya untuk datang kepada pesan yang mereka kumandangkan, dan mempertanyakan pentingnya pesan yang mereka sampaikan”[26]
Berkhotbah atau memberitakan adalah cara utama untuk mengkomunikasikan diri dalam Perjanjian Baru. Rasul Paulus mengerti pekerjaannya yang utama adalah memberitakan. Dalam 1 Korintus 1:17 mengatakan: “sebab kristus mengutus aku bukan untuk membaptis, tetapi untuk memberitakan Injil; dan itu pun bukan dengan hikmat perkataan, supaya salib kristus jangan menjadi sia-sia” Fokusnya bukan pada dirinya sendiri, melainkan pada Yesus Kristus yang tersalib. Paulus menekankan bahwa ia hanya ingin menjalankan tugasnya sebagai seorang pemberita yang memeberitakan kabar tentang Yesus sebagai Mesias yang disalibkan.
Bagi sebagian orang berkhotbah atau memberitakan Firman merupakan hal yang efektif dalam menjangkau jiwa-jiwa. Tetapi ada juga ketidakefektifan dalam berkhotbah yaitu, ada sebagian orang yang bisa menerima dengan cara mendengarkan khotbah tetapi ada juga yang tidak bisa karena orang-orang tersebut mungkin kurang memahami apa yang disampaikan oleh pengkhotbah.
4.      Menjalin Kontak Sebagai Pembicara Publik
Ketika Paulus tiba dikota yang tidak memiliki komunitas orang percaya kepada Yesus Kristus, ia seperti orang yang datang tanpa diundang. Tidak ada seorang pun yang menunggunya, tidak ada seorang pun yang bersiap-siap untuk menyambutnya, dan tidak ada seorang pun berpikir bahwa mereka membutuhkan khotbahnya. Paulus tampak jelas menyadari hal ini. Beberapa perikop menunjukkan bahwa ia merenungkan faktor dan kondisi yang ada selama proses menjalin kontak awal dengar para pendengar. Dan pada akhirnaya kita dapat menemukan pendekatan dasar yang digunakan oleh Rasul Paulus ketika ia memasuki kota yang belum mendengar kabar tentang Yesus.
Menjalin kontak sebagai pembicara publik kita dapat menemukan pendekatan dasar yang digunakan Paulus ketika ia memasuki kota yang belum mendengar kabar tentang Yesus. Paulus mengunjungi Sinagoge setempat dan di situlah Paulus menyampaikan berita Injil dan Paulus juga menjalin kontak dengan orang-orang non-Yahudi.                                               
4.1  Sinagoga (Kisah Para Rasul 18:19)
Menurut Trias Kuncahyo sinagoga adalah “Suatu rumah ibadah yang mempertemukan khalayak dengan para pemimpin agama mereka”[27]
Penulis mengambil kesimpulan dari pengertian diatas adalah suatu rumah ibadah atau tempat ibadah yang mempertemukan orang banyak dengan para pemimpin agama mereka. Di tempat inilah mereka berdoa bersama dan membawa Taurat untuk menggantikan upacara korban. Selain sebagai tempat untuk sembahyang, rumah doa ini memiliki fungsi sosial yang penting, yakni menjadi tempat berkumpul dan tempat berjumpa dan ditempat inilah anggota masyarakat dapat berkumpul kapan saja.
Ketika Paulus sampai di Efesus Paulus mengunjungi Sinagoge setempat. Sebagai mantan murid rabi terkenal, Gamaliel, ia bisa menghitung kesempatan untuk menjelaskan hukum Taurat dan Kitab Para Nabi kepada jemaat di Sinagoge. Dalam Khotbahnya di Sinagoge, ia menggunakan pembacaan dari Taurat dan Kitab Para Nabi untuk memberitakan Yesus dari Nazaret sebagai Mesias yang dijanjikan.
4.2  Pasar (Kisah Para Rasul 17:17)
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pasar mengandung pengertian “tempat orang berjual beli”[28]
Dari pengertian diatas maka penulis mengambil kesimpulan pasar merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli untuk melakukan transaksi atas barang yang diperdagangkan.
Ketika Paulus sampai di Atena, hati Paulus merasa sedih melihat bahwa kota itu penuh dengan patung-patung berhala. Di Atena kelompok orang yang lebih luas bisa dijangkau di alun-alun pusat kota Yunani. Di kota Yunani alun-alun pusat adalah pusat politik dan perdangangan kota, Sehingga dalam Kisah Para Rasul 17:17 mengatakan: “Paulus pergi setiap hari ke pasar dan berbicara dengan orang-orang yang dijumpainya disitu”.
Ini merupakan pekerjaan rutin yang di lakukan oleh Rasul Paulus dimana dia berbicara dengan orang-orang yang lewat dipasar pada saat itu.
4.3  Ruang Kuliah (Kisah Para Rasul 19:9)  
Menurut Kisah Para Rasul 19:9, Paulus mengajar setiap hari di ruang kuliah Tiranus ketika  ia memberitakan Injil di Korintus. Karena pada saat itu Paulus tidak diperbolehkan untuk mengajar di Sinagoge maka Paulus mengubah tempatnya ke ruang kuliah Tiranus. Paulus harus bekerja pada waktu pagi dan sore, membangun tenda dan mengajar ditengah-tengah waktu itu. Hal ini memperlihatkan kesungguhan Paulus untuk mengajar dan kesungguhan orang kristen untuk belajar.
Ketika Paulus mengajar dan memberitakan Injil kepada orang-orang di Korintus melalui kontak secara langsung di ruang kuliah, ini merupakan hal yang sangat efektif karena Paulus bisa bertemu dengan mereka secara langsung. Menurut Eckhard J Schnabel mengatakan bahwa “Paulus mengajar dari jam sepuluh pagi sampai jam empat sore”[29]. Ini merupakan penjelasan yang masuk akal untuk ruang kuliah.
B.     Strategi Penginjilan Masa Kini
Amanat yang diberikan Tuhan Yesus untuk memuridkan segala bangsa akan tetap berlaku sampai akhir Zaman. Tugas kita sebagai orang percaya adalah memberitakan Injil kepada setiap suku dan bahasa dan kaum dan bangsa. Amanat Agung ini merupakan tugas inti dari misi, yaitu “menjadikan murid” dari segala suku bangsa. Fokus inti misi yaitu ”menjadikan murid” akan melibatkan dan akan menggerakkan umat Allah untuk pergi sebagai proses pelaksanaan srategi dan tanda taat kepada Allah untuk memberitakan Injil.
 Memberitakan Injil tidaklah mudah. Seorang penginjil masa kini harus mempunyai strategi-strategi khusus agar penginjilan itu menjadi efektif. Selain itu, sikap hidup seorang penginjil harus sesuai dengan Injil yang diberitakannya, sehingga  keteladanannya mencerminkan Kristus sendiri.  
Oleh sebab itu, integritas dan strategi penginjilan haruslah dimiliki oleh seorang penginjil. Paulus adalah seorang penginjil hebat yang memiliki integritas, serta mempunyai strategi dalam penginjilan-penginjilan yang dilakukannya.
1.        Definisi Penginjilan Masa Kini
1.1  Menurut Pemahaman Alkitab
Istilah “Penginjilan” sudah menjadi salah satu istilah yang umum, dan erat hubungannya dengan kehidupan gereja disepanjang zaman. Dalam konteks masa kini, beberapa gereja lokal menanggapi Penginjilan sebagai satu tugas yang dapat dilakukan melalui bersaksi kepada orang-orang yang ditemuinya. Beberapa gereja lokal lainnya menaggapi penginjilan sebagai satu tugas dari anggota-anggota tertentu saja, dan beberapa gereja lokal berpendapat bahwa penginjilan merupakan tugas gereja lokal, sedangkan gereja lokal tersebut bertugas untuk mendewasakan orang-orang yang datang kepadanya. 
Menurut pemahaman Alkitab yang ditinjau dari Alkitab secara keseluruhan, Y. Tomatala mengatakan bahwa “Penginjjilan adalah rancangan Allah yang menghimpun bagi diriNya suatu umat untuk bersekutu menyembah dan melayani Dia secara teratur dan serasi”[30]
Penulis dapat memberikan pendapat sehubungan dengan pengertian diatas bahwa :
1.      Penginjilan adalah rancangan Allah kepada setiap orang yang percaya dan umat pilihan Allah (Efesus 1:4-14)
2.      Tujuan Allah dalam rancangan dan karyaNya :
a.       Orang percaya yang bersekutu dengan Dia.
b.      Orang percaya yang menyembah Dia.
c.       Orang percaya yang melayani Dia.
1.2  Menurut Pendapat Penginjil-Penginjil
Allah menaruh perhatian khusus kepada orang-
orang yang belum mengenal dan percaya kepadaNya sehingga Ia mau supaya gereja juga berbuat demikian. Gereja harus memberi kesaksian kepada kebenaran bahwa “keselamatan tidak ada di dalam siapapun selain di dalam Dia (Kis. 4:12)”[31]
Kegiatan gereja untuk mengabarkan Injil merupakan suatu pekerjaan yang didasarkan pada Kitab Kejadian pasal 1 sampai dengan kitab wahyu pasal 22.
“Seluruh isi Alkitab adalah bentuk dasar pengabaran Injil ke seluruh dunia”[32]
Rasul Paulus sendiri merasa terpanggil secara khusus untuk bekerja diantara orang-orang kafir. Karena kristus sehingga Rasul Paulus menerima kasih karunia dan jabatan rasul untuk menuntun semua bangsa, supaya mereka percaya dan taat kepada namaNya (Roma 1:5).
Seorang penginjil yang bernama Dean Wiebracht mengatakan penginjilan adalah :
Dengan kuasa Roh Kudus kita menjadi saksi-saksi kristus kepada kaum bangsa yang dekat dan jauh, kepada bangsa yang menyukai kita dan bangsa yang tidak menyukai kita. Kita meninggalkan wilayah-wilayah budaya kita sehingga segala macam bangsa di setia tempat boleh mendengar berita keselamatan yang memberi hidup di dalam Yesus Kristus[33].

Menurut Adrianus Pasasa Penginjilan adalah : “Pergi kepada segala bangsa untuk memberitakan Injil dan menjadikan mereka murid Tuhan Yesus[34].
Menurut W. Beaven dalam buku diktat kuliah tingkat I Penginjilan adalah:  “Tanda kematian secara khusus dan kemudian hidup lagi secara tatanan baru, dengan penuh gairah dan bersemangat karena penebusan oleh Yesus Kristus” [35]
Penulis memberikan penjelasan tentang penginjilan masa kini dari pendapat diatas adalah : Pergi memberitakan Injil kepada orang-orang yang belum percaya kepada Yesus sehingga dengan Injil yang mereka dengar, mereka dapat menerima Yesus dalam hidup mereka sebagai Tuhan dan Juruselamat.
2.    Pola Penginjilan Masa Kini
Pentingnya upaya ini jelas dari teladan Tuhan Yesus dan Rasul Paulus. Keuntungan dari pola penginjilan masa kini adalah dalam satu waktu tertentu banyak orang dapat serentak mendengar berita Injil. Pada zaman ini dunia terasa makin kecil karena segala alat komunikasi yang canggih. Penduduk dunia bertambah terus, aliran-aliran atau lembaga-lembaga lain terus giat memberitakan ajarannya. Oleh sebab itu, kita pun harus memikirkan cara yang paling tepat untuk memberitakan Injil kepada masyarakat yang ada pada saat ini.
1.1  Gereja
Dengan adanya  kaitan gereja dengan kerajaan Allah dapat dikatakan bahwa gereja yang benar adalah suatu tanda kerajaan Allah. Gereja pada hakikatnya adalah tubuh kristus, karena itu gereja seharusnya menggambarkan Kristus itu dimana ia ada dan berada.
Pada zaman pelayanan Yesus di dunia dalam rumah-rumah ibadah Yesus memberikan penjelasan  yang akurat dan benar mengenai seluruh rencana dan kehendak Allah yang harus dipenuhi oleh umat manusia. Tuhan Yesus mengajarkan sebuah prinsip hidup yang sejati mengenai hubungan antara manusia terhadap Allah dan manusia terhadap sesamanya (Matius 22:37-39). Yesus juga mengajarkan bahwa manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan hidupnya harus selalu bergantung sepenuhnya dan hormat kepada penciptaNya.
Di zaman sekarang apabila Alkitab diuraikan secara alkitabiah dan komunikatif dari mimbar Gereja setiap minggu, maka kebaktian minggu akan menjadi kesempatan emas mengabarkan Injil bagi masyarakat umum, sebab semua khotbah alkitabiah dan komunikatif adalah pemberitaan Injil yang paling berhasil.
Tetapi kita dapat melihat seseorang memberitakan Injil melalui mimbar gereja pada saat sekarang ini ada Keefktifan yang dapat di capai yaitu : dapat melahirkan petobat-petobat baru yang menerima Yesus. Tetapi ada juga ketidakefektifan atau kelurangan dari memberitakan Injil di gereja yaitu : seorang pemberita yang datang ke gereja untuk menyampaikan Injil jika tidak ada Respon dari orang-orang yang mendengar maka Injil yang disampaikan tidak berdampak bagi orang-orang yang mendengarnya.  
1.2  Pasar
Pasar merupakan tempat dimana orang berkumpul untuk melakukan transaksi jual beli antara pembeli dan penjual. Mengabarkan Injil dapat diadakan di tempat umum seperti pasar, dimana masyarakat banyak dapat berkumpul, baik orang kristen maupun yang non kristen yang belum pernah mendengarkan berita Injil.
Dengan demikian mengabarkan Injil dapat diberitakan secara luas, dan akan menjadi kesaksian persekutuan kristus dalam tugas pemasyuran kerajaan Allah[36].
Tetapi kita dapat melihat jika menyampaikan Injil di pasar ada keefektifan dan ketidakefektifan karena pasar merupakan tempat umum dan semua orang dapat berkumpul maka, tidak semua orang dapat menerima Injil tersebut melainkan mereka bisa saja menolak Injil tersebut dengan alasan mereka sudah mempunyai kepercayaan lain sehingga segala sesuatu yang di kerjakan dalam pemberitaan Injil masa kini biasa saja tidak ada pengaruhnya.
1.3  Tempat Kerja
Setiap individu bebas untuk memeluk agamanya masing-masing, toleransi dan saling menghormati satu sama lain. Dalam suasana kebebasan beragama nampaknya mengabarkan Injil secara pribadi adalah hal yang paling bersahabat dan relevan pada masa kini.
Penulis berpendapat bahwa persahabatan adalah “jembatan pola penginjilan dalam gereja masa sekarang”[37]. Dalam pola komunikasi persahabatan bisa berlangsung dimana saja tidak memerlukan alat-alat, gedung gereja, lembaga organisasi maupun acara dan tata kebaktian. Yang dibutuhkan adalah bimbingan Roh Kudus dan keyakinan kita bahwa Tuhan memakai kita sebagai utusannya.
Berbicara tentang tempat kerja, ini merupakan lapangan yang luas dan mempunyai tuntutan yang sangat berat. Teman sekerja tidak akan menghormati kita jika kelakuan kita tidak baik atau mungkin kita malas untuk bekerja. Hidup pribadi kita adalah kesaksian yang paling efektif  ketika kita ingin mengabarkan Injil kepada orang-orang yang belum mengenal Yesus oleh sebab itu jadilah pribadi yang dapat menjadi berkat kepada orang lain.
Menurut D.W. Ellis dalam bukunya Metode Penginjilan mengatakan bahwa tempat kerja merupakan sarana kesaksian :
1.      Mutu pekerjaan yang tinggi adalah kesaksian yang bagus sekali.
2.      Bekerja jujur adalah kesaksian yang baik (Filipi 4:8; Lukas 19:2,8)
3.      Pekerjaan memberi banyak kesempatan untuk bergaul, bersahabat dan bersaksi secara lisan kepada teman-teman sekerja.
4.      Karyawan-karyawan kristen dapat membentuk kelompok untuk bersekutu, berdoa, dan saling mendorong sesama anggota, bersama-sama mengadakan kebaktian di kantor, bertindak untuk memperbaiki keadaan-keadaan yang buruk, dan membantu orang lain.[38]

1.4  Rumah Tangga
Kesuksesan sebuah pelayanan penginjilan dan membuat sebuah komunitas baru pengikut Yesus maupun kehidupan jemaat-jemaat baru berkaitan erat dengan rumah-rumah pribadi. Rumah sebagai ruangan yang hidup maupun sebagai tempat tinggal seluruh keluarga. Penulis mengutip perkataan Eckhard J. Schnabel “tentu saja rumah pribadi dan keluarga pemilik rumah merupakan tempat utama dan menentukan untuk kehidupan dan pembentukan orang-orang kristen”[39]
Oleh sebab itu, rumah pribadi dan keluarga pemilik rumah atau rumah tangga sanggat mempunyai peran penting dalam pemberitaan Injil pada masa kini.
Rumah tangga atau keluarga merupakan realitas sosial yang paling mendasar di dunia. Rumah tangga tidak hanya mencakup suami dan istri, orangtua dan anak, tetapi juga ada orang lain keluarga dan teman-teman, Sehingga rumah tangga adalah tempat yang ideal bagi pekabaran Injil tetapi dalam pendekatan kita harus lugas dan bijaksana dan menghindari kesan mengkristenkan orang-orang yang kita layani.
C.    Hubungan Penginjilan Rasul Paulus Dengan Penginjilan Masa Kini
1.      Pengertian Hubungan
Hubungan merupakan bentuk sebuah kerjasama antara dua unsur yang berbeda yang bekerjasama satu sama lain. Dalam pelayanan misi penginjilan yang di lakukan oleh Rasul Paulus pada masa yang lalu mempunyai hubungan yang erat dengan misi penginjilan masa kini. Karena strategi yang di paakai oleh Rasul Paulus masih sangat relevan jika kita aplikasikan pada misi penginjilan di zaman sekarang.
2.      Pengaruh Hubungan
2.1  Memenangkan Jiwa Bagi Kristus
Hal ini terjadi dengan adanya orang yang belum mengenal Tuhan, jadi mengenal Tuhan dan juga kesaksian lewat kehidupan orang Kristen di mana lewat perhatian-perhatian baik dan memberkati orang-orang yang ada di sekitar kita.
Richard Warmbrand mengatakan bahwa :
“Sejarah penyebaran kekristenan telah membuktikan bahwa darah para martir adalah benih-benih kehidupan baru di dalam kristus yang menyebar ke seluruh dunia. Hampir tiga ratus tahun kekristenan tumbuh di atas tanah subur yang di sirami oleh darah para martir yang semuanya di mulai dengan nama Yesus” [40]

Pengaruh ini bagi para penginjil masa kini akan menumbuhkan hati yang terbeban bagi jiwa-jiwa, baik yang terhilang maupun yang belum mengenal Yesus sehingga gerak pelayanan harus lebih dikembangkan demi kemajuan penginjilan masa kini.
2.2  Menjadi Saksi Kristus
Menjadi seorang saksi Kristus bukanlah hal yang mudah. Kalau kita melihat dalam perjalanan pelayanan Rasul Paulus dia banyak mengalami hambatan dalam memberitakan Injil. Tapi hambatan itu bukan membuat Rasul Paulus untuk tidak memberitakan Injil tetapi itu merupakan hal yang terus memacu semangatnya untuk memberitakan Injil kepada orang-orang Yahudi maupun non-Yahudi.
Walter L. William mengatakan bahwa, “masyarakat Asia dan masyarakat tradisional lain yang ditandai dengan jaringan keluarga yang lebih baik dan luas serta kekerabatan yang kompleks dapat memenuhi kebutuhan emosional masing-masing anggota masyarakat lebih baik”[41]
Penulis dapat mengambil kesimpulan dari kutipan diatas bahwa kehidupan pelayanan tidak menjadi hambatan bagi kita untuk menjadi saksi Kristus. Meskipun kadang kita harus bersikap keras dengan kehidupan duniawi yang sangat bertentangan dengan kebenaran Firman Tuhan. Hal ini mendorong para penginjil masa kini bersikap tidak ada kompromi untuk tetap bersaksi dan meninggikan nama Tuhan.
D.    Aplikasinya Terhadap Penginjilan Masa Kini
1.      Secara Individual
Pendekatan penginjilan yang sangat efektif dan produktif adalah penginjilan pribadi yang dilakukan oleh setiap anggota jemaat di dalam lingkungan kehidupan masyarakat dimana mereka berada. Model pendekatan penginjilan pribadi yang dapat memberikan gambaran dan pedoman praktis yang bisa menjadi contoh oleh setiap orang yang rindu untuk menyampaikan Injil dengan baik dan benar.
Mengabarkan Injil secara individual adalah pemberitaan Injil dalam hidup sehari-hari, dimana seorang yang telah mengenal kristus berupaya memperkenalkan kristus kepada orang lain dan mengajaknya menerima kristus. Lalu orang yang baru menerima kristus itu dibimbing menjadi saksi kristus.
 Buku diktat kuliah tentang penginjilan mengatakan bahwa: “Tujuan akhir dari memberitakan Injil adalah untuk menyentuh hati setiap pribadi yang mendengarnya, sehingga ia merasakan relevansi cinta Allah didalam Injil kepada dirinnya”[42].
Penulis dapat melihat dari kutipan di atas bahwa penginjiilan secara individual merupakan hal yang sangat strategis dalam memberitakan Injil. Dimana ketika kita menyampaikan secara pribadi tentang Yesus, itu dapat menyentuh hati mereka secara pribadi dan mereka dapat merasakan cinta Allah dari Injil yang disampaikan kepada mereka.
2.      Secara Kelompok
Alkitab memberikan landasan yang pasti bagi tugas penginjilan dari gereja yang dapat dilakukan melalui pelayanan kelompok. Menurut catatan Kisah Para Rasul, orang kristen dalam gereja mula-mula, sesudah mereka menerima Yesus Kristus sebagai Juruselamat, mereka semua memberi diri dibaptis dan melibatkan dari dalam kelompok pemuridan. Tujuan dari perlibatan diri mereka ini ialah untuk bertekun dalam pengajaran rasul-rasul, bersekutu, memecahkan roti dan berdoa (Kisah Para Rasul 2:41-42).
Sasaran khusus dari orang-orang kristen yang berhimpun dalam kelompok itu agar mereka bersekutu, saling melayani, bersaksi dan memberitakan Firman dimana mereka dapat memenangkan banyak jiwa kepada Tuhan (Kisah Para Rasul 2:44-47).
Maka ketika secara kelompok telah memiliki hati untuk melayani satu dengan yang lain karena memahami bahwa sedemikian hadirnya Yesus dibumi untuk melayani inilah yang didasari dengan pikiran Kristus sehingga tiap-tiap anggota tim akan merasa sebagai satu kesatuan tubuh Kristus, dimana satu dengan yang lain harus saling dapat menopang demi pemberitaan Injil.
E.       Dampak Strategi Penginjilan Rasul Paulus Terhadap Penginjilan Masa Kini
Dengan mempelajari strategi penginjilan Rasul Paulus, penginjilan masa kini dapat meneladani strategi dari Rasul Paulus. Strategi yang digunakan oleh Rasul Paulus sesuai dengan konteks pada zaman itu dan sangat berbeda dengan keadaan zaman sekarang.
Walaupun dalam waktu yang berbeda, tetapi para penginjil harus memakai strategi dan strategi dipakai oleh para penginjil agar mempermudah dalam menyampaikan berita Injil, sehingga penginjilan lebih efektif. Tetapi dalam proses pemberitaan Injil tersebut ada dampak-dampak yang harus dihadapi oleh Rasul Paulus bukan saja pada zaman pelyanan penginjilan Rasul Paulus tetapi terhadap penginjilan masa kini.
Dalam karya tulis ini, penulis mengambil ada Dua dampak strategi penginjilan Rasul Paulus terhadap penginjilan masa kini yaitu :
1.      Dampak Positif
1.1   Dapat melahirkan petobat-petobat baru yang percaya dan menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat.
1.2   Meningkatkan mutu pelayanan digeraja lokal gereja lokal lebih     bertanggung jawab menjangkau orang dengan kabar tentang Yesus Kristus.      
1.3   Pemeliharaan pertumbuhan mutu kerohanian jemaat.
1.4   Meningkatkan pengertian anggota jemaat terhadap kebenaran.
1.5    Dengan pengajaran dapat menentukan arah.
Setiap anggota jemaat yang diajar melalui pengajaran akan mempunyai  arah didalam kehidupannya dengan kokoh.
1.6    Motivasi anggota gereja untuk terlibat dalam pekabaran Injil.
2.       Dampak Negatif
2.1  Terkadang para pemberita Injil kurang diterima didaerah dimana ia memberitakan Injil dan tidak dapat juga diterima oleh aturan dan adat-istiadat daerah setempat.
2.2  Bilamana pemberita Injil kurang jeli dalam pemberitaannya maka   Injil dianggap sama dengan adat mereka.
2.3  Ada hambatan-hambatan dalam pelayanan penginjilan baik secara internal (dari dalam) maupun secara eksternal (dari dalam).
2.3.1    Internal (dari dalam)
2.3.1.1   Pengaruh lingkungan.
2.3.1.2   Rasa kejenuhan dalam pelayanan.
2.3.1.3    Kurang kesempatan dalam melayani.
2.3.2        Eksternal (dari dalam)
2.3.2.1  Perizinan gembala yang merekomendasikan.
2.3.2.2  Perizinan orang tua.
2.3.2.3  Pendanaan.
2.3.2.4  Pembukaan jaringan pelayanan.





BAB IV

PENUTUP


A.    Kesimpulan

Setelah penulis mengamati dan mempelajari strategi pengijilan yang dilakukan oleh Rasul Paulus yang dicatat dalam Kitab Kisah Para Rasul maka penulis memberikan premis sebagai berikut untuk menarik kesimpulan yaitu :
1.      Melalui strategi penginjilan yang dilakukan oleh Rasul Paulus pada masa pelayanannya, maka strategi yang digunakan masih relevan dan dapat diterapkan oleh para penginjil masa kini tanpa mengurangi nilai kebenaran Firman Allah.
2.      Penginjilan menjadi sarana untuk memberitakan Injil kepada orang-orang yang belum mengenal Yesus sehingga mereka menerima Tuhan sebagai Juruselamat dan juga menjadi sarana pemulihan hubungan antara Allah dengan manusia yang telah terputus demikian juga pada masa kini.
3.      Usaha penginjilan dalam praktek agar mencapai sarana yang baik perlu adanya strategi penginjilan, dalam hal ini tolak ukur keberhasilannya dapat dilihat dari strategi penginjilan Rasul Paulus.
4.      Keberhasilan dalam prakteknya yang dilakukan oleh penginjil merupakan penerapan dari strategi penginjilan yang dilakukan
oleh Rasul Paulus yang dicatat dalam Kitab Kisah Para Rasul.
Uraian dari premis di atas memberikan suatu kesimpulan bahwa judul strategi penginjilan Rasul Paulus yang ditinju dari Kitab Kisah Para Rasul masih dapat di aplikasikan terhadap penginjilan masa kini.
B.     Saran-Saran
Setelah melihat kenyataan di lapangan dan kebenaran Alkitab, maka penulis terdorong memberikan saran-saran demi kemajuan pelayanan penginjilan masa kini yaitu :
1.      Hendaknya penginjilan benar-benar sebagai sarana pemberitaan Injil.
2.      Penginjilan bukan karena materi, melainkan terbeban untuk memenangkan jiwa-jiwa untuk Tuhan.
3.      Melakukan penginjilan bukan karena unsur paksaan melainkan sukarela dengan kasih yang tulus.
4.      Melibatkan gereja-gereja lokal dalam misi penginjilan, artinya ada hubungan kerjasama dengan seluruh dedominasi gereja yang ada sehingga pelayanan misi penginjilan dapat terlaksana dengan baik.










DAFTAR PUSTAKA

LAI. Alkitab Terjemahan Baru. Jakarta: LAI, 2008
Donal C. Stamps, Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan, Malang: Gandum Mas, 2010
Budi Supeno, Diktat Kuliah Tingkat I, ATHAS
Charles R. Swondoll, Seorang Yang Penuh Kasih dan Tegar PAULUS  Jakarta: Nafiri Gabriel, 2007
D.W. Ellis, Metode Penginjilan Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF YKBK, 1993
Ds. H. Van den Brink, Tafsiran Alkitab Kisah Para Rasul ( Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2003
David Ibrahim, Diktat Kisah Para Rasul  Malang-Jawa Timur: Sekolah Alkitab Batu 2011
Dean Wiebracht, Menjawab Tantangan Amanat Agung Yogyakarta: ANDI Offset, 2008
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Jakarta: Balai Pustaka, 2008
Eckhard J. Schnabel, Rasul Paulus Sang Misionaris, Yogyakarta: ANDI Offset, 2010
Ellyezer Siswanto, Silabus Filsafat Pastoral, ATHAS
H. Venema, Injil Untuk Semua Orang, Jakarta:  Yayasan Komunikasih Bina Kasih Jilid I, 1997
Paul Borthwick, Pemberitaan Injil Tugas Siapa? Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 1987
Pieter Levianus Hehahia dan Sujanto Farlin, Kamus Praktis Bahasa Indonesia Tangerang: Scientific Press, 2008
Richard Warmbrand, Gereja Berkemenangan Surabaya: Yayasan Kasih Dalam Perbuatan, 2003
S. Tandiassa, Teologia Paulus Yogyakarta: Moriel Publishing House, 2011

Simon Chan, Spiritual Theologia Yogyakarta: ANDI Offset, 2010

Trias Kuncahyo, Jerusalem 33 Imperium Romanum, Kota Para Nabi, dan Tragedi di Tanah Suci Jakarta: Gramedia, 2011
W.R.F. Browning, Kamus Alkitab, Jakarta: BPK GUNUNG MULIA, 2009

Y. Tomatala, Penginjilan Masa Kini Bandung: Gandum Mas



http://a3l-misipenginjilan.blogspot.com/2012/02/dasar-alkitab-tentang-misi-dalam.html Rabu 24 april 2013, pukul 11:26 Wib


























[1] H. Venema, Injil Untuk Semua Orang, (Jakarta:  Yayasan Komunikasih Bina Kasih Jilid I, 1997), hlm. 17
[2]Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2008), hlm. 1092
[3]Ibid., hlm. 434
[6]David Ibrahim, Diktat Kisah Para Rasul (Malang-Jawa Timur: Sekolah Alkitab Batu 2011), hlm. 1
[7]Ds. H. Van den Brink, Tafsiran Alkitab Kisah Para Rasul ( Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2003), hlm. 10
[8]Ola Tulluan, Introduksi Perjanjian Baru (Batu Malang: Departemen Literatur YPPII, 1999) hlm. 91
[9]Ds. H. Van den Brink,Op. Cit., hlm.11
[10]Ds. H. Van den Brink,Op, Cit.,hlm. 11
[11]Ola Tulluan,Op. Cit.,hlm. 93
[12] Ola Tulluan, Op. Cit., hlm. 92
[13] S. Tandiassa, Teologia Paulus (Yogyakarta: Moriel Publishing House, 2011), hlm. 16
[14]Ibid., hlm. 18
[15]Pieter Levianus Hehahia dan Sujanto Farlin, Kamus Praktis Bahasa Indonesia (Tangerang: Scientific Press, 2008), hlm. 288
[16]Ibid., hlm.56
                [17]Donal C. Stamps, Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan, (Malang: Gandum Mas, 2010), hlm. 2059 
[18]H. Vanema, Injil Untuk Semua Orang, (Jakarta: Yayasan Komunikasih Bina Kasih Jilid I, 1997), hlm. 58
[19]LAI. Alkitab Terjemahan Baru. Jakarta: LAI, 2008
[20]D.W. Ellis, Metode Penginjilan (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF YKBK, 1993) hlm. 127
[21]LAI. Alkitab Terjemahan Baru. Jakarta: LAI, 2008
[22]Eckhard J. Schnabel, Rasul Paulus Sang Misionaris, (Yogyakarta: ANDI Offset, 2010) hlm. 234
[23]W.R.F. Browning, Kamus Alkitab, (Jakarta: BPK GUNUNG MULIA, 2009) hlm. 242
[24]Echard J. Schnabel, Op.Cit., hlm. 171
[25]Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2008), hlm. 871
[26]Charles R. Swondoll, Seorang Yang Penuh Kasih dan Tegar PAULUS (Jakarta: Nafiri Gabriel, 2007) hlm. 266
[27]Trias Kuncahyo, Jerusalem 33 Imperium Romanum, Kota Para Nabi, dan Tragedi di Tanah Suci (Jakarta: Gramedia, 2011) hlm. 202
[28] Departemen Pendidikan Nasional, Op.Cit., hlm. 833
[29] Eckhard J. Schnabel, Rasul Paulus Sang Misionaris, (Yogyakarta: ANDI Offset, 2010) hlm. 328
[30]Y. Tomatala, Penginjilan Masa Kini (Bandung: Gandum Mas), hlm. 2
[31]LAI. Lembaga Terjemahan Baru. Jakarta: LAI, 2008
[32]Paul Borthwick, Pemberitaan Injil Tugas Siapa? (Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 1987) hlm. 17
[33]Dean Wiebracht, Menjawab Tantangan Amanat Agung (Yogyakarta: ANDI Offset, 2008) hlm. 33
[34] http://a3l-misipenginjilan.blogspot.com/2012/02/dasar-alkitab-tentang-misi-dalam.html Rabu 24 april 2013, pukul 11:26 Wib
[35]Budi Supeno, Diktat Kuliah Tingkat I, ATHAS, hlm. 12
[36] D.W. Ellis, Metode Penginjilan (Jakarta: Yayasan Komunikasih Bina Kasih/OMF, 1993) hlm. 151
[37]Ellyezer Siswanto, Silabus Filsafat Pastoral, ATHAS, hlm. 25
[38]D.W. Ellis, Op. Cit., hlm. 124
[39] Eckhard J. Schnabel, Rasul Paulus Sang Misionaris, (Yogyakarta: ANDI Offset, 2010) hlm. 331-332
[40]Richard Warmbrand, Gereja Berkemenangan (Surabaya: Yayasan Kasih Dalam Perbuatan, 2003), hlm. 61
[41]Simon Chan, Spiritual Theologia (Yogyakarta: ANDI Offset, 2010) hlm. 82
[42] Budi Supeno, Diktat Kuliah Tingkat I, ATHAS, hlm. 10







Tidak ada komentar:

Posting Komentar